Biar Posting Asal telat,, :p :v
Sebelum
saya cerita lebih banyak mengenai suka dukannya outbond di seamolec dan juga
pengalaman di seamolec bersama orang-orang yang baru saya kenal dan dari
berbagai penjuru nusantara di seamolec. Sebuah pengalaman yang insyaallah tak
akan saya lupakan. Perkenalkan dulu nama saya
Muhammad Muslim Rifa’i dan teman-teman lebih sering memanggil saya
dengan nama Fa’i. Saya adalah lulusan dari smk n 2 surakarta yang melajutkan
studi di seamolec (D1 ITB). Asal sih dari Boyolali (tapi ngakunya tetap solo,,
haha :D). Berangkat dari solo bersama
dengan tiga orang yang memang dari sekolah yang sama bahkan kelas kelas yang
sama.
Nah mungkin ada itu perkenalan saya. Ada yang kurang jelas? (haha,,
:D). Cuma sebagai pembukaan saja tadi. Seperti pepatah yang sangat sering di
gunakan dan bahkan mungkin kita bosen membaca atau mendengarkannya yang katanya
“Takenal maka tak sayang”. Memang kata-kata itu benar adanya juga sih. Yang
jelas gak ada salahnya kita mengenal banyak teman itu lebih asik.
Rupiah pertama ku adalah ketika saya masih kelas 1 smk. Waktu itu
adalah ketika ada acara salah satu organisasi yang saya ikuti di sekolahan.
Pada waktu itu di perkirakan anggota yang mau ikut adalah sekitar 40 orang
namun entah kenapa mereka tidak datang yang dmtatang hanya 7 orang padahal
konsumsi sudah di pesan, otomatis sisa sangat banyak.
Nah teman-teman punya inisiatif buat berjualan. Kebetulan kan sekolahan
saya berada tidak jauh dari stadion manahan solo. Karena tiap hari libur cukup
ramai maka kami menjualnya di sekitar stadion manahan solo. Sebuah pengalaman
pertama dan tak akan terlupakan menjual makanan sisa kegiatan secara langsung
dengan berjalan kaki dari sekolahan, stadion manahan sampai ke taman
balaekambang solo. Banyak pengalaman yang saya dapatkan saat itu. Karena bisa
di bilang pada saat itu saya sangat takut buat menghadapi orang yang belum saya
kenal. Namun karena adanya dorongan dari teman-teman saya paksakan untuk
berani.
Makanan yang kami jual di sini adalah snack yang rencananya mau di
pakai buat acara organisasi kami. Makanan tersebut di masukan ke dalam sebuah
kotak yang di dalamya berisi 3-4 kue kalo gak salah kemarin.
Kami menawarkan makanan tersebut ke pada berbagai kalangan. Mulai dari
pak delman, tukang parkir, tukang becak, remaja yang sedang kumpul sama
teman-temannya sampai ke para pengunjung yang sedang weekend di sekitar stadion
manahan solo dan taman balekambang.
Uniknya di sini kami menjual dengan harga yang sangat berfariasi
tergantung siapa yang kami tawarin. Hehe. Yang sebelumnaya makanan itu seharga
7rb perkotak kami bisa menjual antara 10-15rb. Bahkan kami sempat menjualnya 2
kotak sebenarnya kami menjual kepada ibu tersebut dengan harga 20rb perkotak
tapi ibu tersebut membayar dengan uang 1 lembar 50rb an karena tidak ada
kembalian akhirnya uang tesebut di ikhlaskan ke pada kami.
Entah berapa jam namun rasanya cepat sekali makanan yang kita jual
tersebut habis terjual. Mungkin karena Ada yang hanya membeli lebh dari 1 kotak
bahkan ada yang membeli 5 kotak.
Sebuah pengalaman tak terlupakan dengan teman-teman organisai. Kegiatan
ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang kami rencana sebelumnya. Berawal dari
ketidak sengajaan karena memang dari pada mubadzir karena makanan sudah di beli
namun kita tidak mungkin menghabiskan sendiri. Maka dengan spontanitas
teman-teman mempunyai inisiatif untuk menjualnya.
Dari pengalaman ini saya belajar buat berani ngomong langsung di depan
orang, menawarkan produk, serta bernegosiasi dengan orang. Dari situ saya
mencoba melawan rasa takut saya. Sebuah pengalaman yang kelihatanya sepele
namun cukup merubah cara pikir saya. Selalu ingat,
“Jangan Biarkan
Rasa takut mengalakan kita”
Selain itu saya juga sempat menjadi petugas kebersihan masjid sejak
kelas 1 smk sampai saya lulus. Bukan kenapa-kenapa waktu itu saya di minta
langsung sama pengurus masjid untuk menjadi petugas kebersihan. Selama saya
mampu kenapa enggak kan?. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah saya ke masjid
untuk melaksanakan tanggung jawab saya.
Karena jarak antara rumah ke sekolah cukup jauh (Boyolali-Solo), mau
tidak mau saya harus bangun lebih awal. Dari situ saya serng di beri sekedar
untuk uang saku dari masjid. Malahan ada salah satu tokoh agama di desa saya
yang juga pengurus masjid di situ memberi tambahan yang jumlahnya lumayan besar
untuk seorang pelajar.
Mulai tanggal 17 agustus 2013. saya dan ketiga teman saya hijrah ke
tanggrang selatan untuk melanjutkan study saya. Melalui seamolec saya
insyaallah akan menlanjutkan di D1 ITB. Setelah kami berada di sini selama
kurang lebi 2 bulan .
Pada tanggal 2-3 November 2013 seamolec mengadakan outbond bersama mahasiswa
D1-D3 dan juga beberapa siswa magang smk dan kita juga diminta untuk ikut, tapi
sayangnya satu diantara kami bertiga yang dari solo gak ikut outbond karena
sedang ada acara di tempat saudaranya di daerah depok.
Pada hari pertama ada beberapa permainan yang kami lakukan.
1.
Mencari Jejak
Dari permainan ini
kami dapat belajar kalau kita itu tidak boleh salah dalam melangkah, harus
selalu berkonsentrasi dan mempunyai daya ingat serta ketelitian yang tinggi.
2.
Mencari Harta karun.
Dari permainan ini
kami bisa belajar kalau kita itu harus nurut sama instruksi dari pimpinan, dan
yang di bawah juga harus percaya dengan atasanya., dengan catatan pimpinan juga
harus dapat di percaya atau amanah Untuk mendapatkan apa yang kita cari bersama.
3.
Kelereng Bambu.
Pesan yang dapat di
ambil adalah kita harus bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan, entah itu
dari kalangan atas sampai kalangan bawah dan masih ingat kata pak stanly “Kalo
dengan cara biasa kita selalu gagal kenapa gak kita coba dengan cara yang luar
biasa.”
4.
Spider Wave.
Dari peermainan ini
kami belajar tentang pentinya kerjasama karena kalau saya sendiri pasti tidak
bisa menyebrang tanpa mengenai tali tersebut, namun dengan bantuan-teman-teman
yang lain maka kita semua bisa menyebrang dengan selamat dengan catatan waktu
tercepat.
Semua permainan pada hari
pertama sudah selesai, pada hari yang pertama ini saya mulai akrab dengan
teman-teman yang baru saja saya kenal.
Singkat cerita hari kedua
kita dusuruh berkumpul di lapangan parkir seamolec nah di hari kedua ini adalah
hari yang paling menarik buat saya karena kita di tantang untuk menjual sebuah
pulpen yang di harga aslinya hanya Rp1000 - Rp2500 perbuah namun kita harus
menjualnya dengan harga minimal Rp50.000. wah spontan sebagian dari kami
berfikir “mana mungkin?”. Namun saya sendiri yakin kalau kami pasti bisa. Di
sini saya bersama kedua teman saya Nano Komara dan juga Christiawan berlari
menuju ke depan UT supaya lebih cepat mendapat pembeli.
Penawaran pertama kita
menjualnya dengan harga yang sangat tinggi namun sontak bapaknya pun kaget dan
akhirnya kami gagal mendapatkan pembeli pertama, malahan bapaknya bilang “macam
acara-acara di TV saja mas?” katanya. Tak sampai di situ kami berjalan ke depan
UT, namun di sana teman-teman yang lain sudah banyak dan sedikit banget yang
berjalan di situ ataupun yang sedang istirahat di sana.
Belum terlalu lama
terdengar suara kalau salah satu team berhasil menjual dengan harga 50rb. Wah,
dari situ kami tanbah semangatdan harus bisa juga menjualnya dengan harga yang
lebih. Oh ya, sampai lupa kita berjalan mulai menjual pena pada jam 7.10 kami
di beri waktu 1 jam sampai 8.10.
Lanjut lagi ke perjuangan
kami bertiga. Kami menuju kantor-kantor di UT namun karena waktu itu bertepatan
dengan hari minggu maka semua kantor
sepi dan Cuma menyisakan satpam di dalamnya. Kita bertiga mulai bingung mau
nawarin di mana lagi?.
Setelah sejenak berfikir
kami bertiga memutuskan untuk menjualnya dari rumah ke rumah. Nah di sini
serunya kami mendapat pengalaman yang banyak, menghadapi berbagai macam
karakter orang. Ada yang mengacuhkan kami, ada yang Cuma ngetes kami supaya
kami bisa meyakinkan bapak tersebut untuk membelinya.
Satu orang yang memberikan
respon positif hampir saja bapak tersebut membeli pena kami. Namun sayang belum
rezeki kita bertiga. Bapak tersebut bilang kalau itu sebenernya mau bantu tapi
sekarang bapaknya lagi gak pegang uang (yah. . . . L). Tapi
nggak apa-apa lah minimal sudah ada yang ngasih respon positif. Kemudian kami
bertiga melanjutkan perjalanan. Sampai akhrinya kita singgah di tempat orang
yang habis hajatan. Di sini kami bertemu dengan tuan rumahnya. Seperti apa yang
kita lakukan sebelunmnya kami menawarkan pena tersebut, dan dengan jujur kami
bilang kalau kami di suruh jual dengan harga minimal 50 rb. Setelah kami
bertiga menjelaskan semuanya Ibu tersebut
Cuma bilang “O...gitu?” dan langsung masuk ke dalam rumah. Jujur kami
tidak tahu apa itu respon positif atau respon negatif. Namun kami tetap
menunggunya di depan rumah dan berharap ibu tersebut keluar dengan membawa
uang.
Akhirnya apa yang kita
harapkan terjadi, ibu tersebut keluar dengan membawa uang 50rb an langsung
menyodorkan uangnya kepada kita bertiga. “Alhamdulillah.... Akhirnya.....”
itulah yang saya pikirkan saat itu. Namun baru satu. Kita masih punya dua buah
pena yang harus di jual. Kitapun melanjutkan perjalanan, tanpa sadar kita sudah
terlalu jauh berjalan dan waktu juga menunjukan pukul 8.10 otomatis waktunya
sudah habis, sambil berjalan pulang berharap bertemu dengan orang yang mau
membeli pena kita. Tapi sampai di seamolec belum ada satupun dari 2 pena kami terjual lagi.
Setelah sampai di seamolec tenyata
kami di beri waktu tambahan sampai jam 10 untuk menjual pena tersebut lagi.
Yang WOW nya lagi teman saya ada yang behasil menjual pena tersebut dengan
harga 300rb. Sebuah nilai yang fantastis untuk sebuah pena.
Perjungan kami belum usai.
Kami berjalan lagi untuk menjual pena tersebut. Di sini kita menjual pena
tersebut bersama-sama dengan teman-teman 1 team kita masuk ke klenteng dekat
jalan merica. Di situ kami berhasil menjual 2 buah pena dengan harga 10 rb per
buahnya. Bahkan di sana kami di tawari untuk makan, namu karena masih ada 6
buah yang belum terjual akhirnya kita melanjutkan perjalanan. Kami menuju ke
proyek pembangunan yang berada di sebelah klenteng. Di situ kami meminta ijin
kepada satpam yang sedang berjaga di situ sekalian menawarkan penanya barang
kali dia mau membelinya, istilahnya sambil menyelam minum air. Walau akhirnya
bapak satpam belum berminat untuk membelinya, tapi kami di beri ijin untuk
masuk ke kantor yang berda di dalam lokasi proyek. Di situ kai berhasil menjual
satu buah pena dengan harga Rp20.000. Sambil berjalan pulang saya berhasil juga menjual pena saya seharga Rp.50.000 dan
ada teman yang berhasil jual dengan harga Rp.20.000.
Setelah sampai di UT ada
beberapa anak kecil yang pengen membeli pena tersebut karena suka akan
bentuknya mungkin. Namun adik-adik tersebut Cuma punya uang Rp. 3000 kami semua
akhirnya sepakat untuk memberikannya. Dan pada akhirnya kita berhasil menjual
semua pena tersebut. Dari team matahari sendiri bisa mengumpulkan uang seb esar Rp.810.000 bahkan ada yang
berhasil mengumpulkan uang sampai Rp.1.000.000 lebih. Wow sebuah hasil
fantastis untuk hasil penjualan pena. Dari saya dan 2 teman seperjuangan saya
sendiri bisa mengumpulkan uang sebesar Rp.195.000.
Akhirnya setelah selesai
kita menjual pena tersebut uang hasil penjualan di kumpulkan menjadi satu dan
terkumpul sekitar Rp. 3.239.000.
Setelah penjualan selesai
akhirnya kita melanjutkan permainan masih ada beberapa permainan lagi yang
harus kita selesaikan pada hari itu. Ada permainan memindahkan air ke dalam
ember yang terletak di tengah garis kotak. Ada lagi melempar kelereng ke dalam
ember dan juga mengisi air ke dalam tabung yang berlubang yang di dalamnya ada
bola dan kita di suruh mengisinya sampai penuh hingga bola dapat di ambil.
Akhir cerita Tim kami
menjadi Juara bersama dengan team Matahari,
kuda dan kerbau. Serta team harimau menjadi juara ke-2.
Dari
Outbond tersebut banyak pelajaran yang dapat diambil. Entah dari materi yang
diberikan ataupun dari berbagai permainan yang kita praktekkan bersama. Sebuah
pengalaman berharga buat saya dan juga teman-teman.